Samarinda, Sekala.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tengah mempersiapkan proyek besar yang tidak hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur, tetapi juga berupaya mengatasi dua masalah klasik yang mengganggu kenyamanan warga, yaitu kemacetan dan banjir. Rencana tersebut mencakup pelebaran jalan dan jembatan yang menghubungkan Jalan DI Panjaitan dan Jalan PM Noor, dua jalur vital yang kerap menjadi titik kemacetan parah.
Menurut Wali Kota Samarinda, Andi Harun, proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan mobilitas di pusat kota sekaligus mengurangi dampak banjir yang sudah terlalu lama menjadi masalah di wilayah tersebut. Salah satu langkah yang akan diambil adalah pelebaran tikungan tajam di Simpang Alaya, yang selama ini menjadi salah satu penyebab kemacetan. Untuk itu, pihak Pemkot berkomunikasi dengan pengurus Masjid Babul Haffazah agar pagar masjid sedikit digeser guna memberi ruang lebih bagi pelebaran jalan.
“Titik macet utama ada di Simpang Alaya karena tikungannya yang sempit. Dengan menggeser pagar masjid sedikit, diharapkan kemacetan bisa terurai lebih baik,” ujar Andi Harun.
Namun, pelebaran jalan bukan satu-satunya fokus dalam proyek ini. Pemkot juga akan mengevaluasi kondisi jembatan PM Noor yang sudah berusia puluhan tahun. Pertanyaan yang kini bergulir adalah, apakah jembatan tersebut harus dibongkar dan dibangun ulang, atau cukup diperlebar untuk mengakomodasi volume kendaraan yang terus meningkat.
“Jembatan PM Noor memang membutuhkan perhatian khusus. Kami akan memutuskan apakah jembatan ini perlu dibongkar atau cukup diperlebar, setelah kajian teknis selesai,” jelas Andi Harun, yang optimis bahwa proyek ini akan mengurai kemacetan yang selama ini mengganggu.
Sebagai bagian dari proyek tersebut, beberapa bangunan yang berada di sekitar jembatan, terutama yang berada di atas garis sepadan sungai, akan dibongkar. Meski terdampak, pemerintah memastikan bahwa warga yang terdampak pembongkaran akan menerima kompensasi dalam bentuk uang tunai, bukan rumah susun. Pendekatan ini diambil karena warga di kawasan tersebut lebih terbiasa tinggal di rumah tapak daripada hunian vertikal.
“Proyek ini bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga soal keberlanjutan kehidupan warga. Membangun rumah susun membutuhkan waktu yang lama, sementara kami ingin segera memberikan solusi bagi mereka yang terdampak,” ujar Andi Harun.
Di balik rencana besar ini, proyek ini juga berupaya mengatasi masalah banjir yang sering menggenangi kawasan Samarinda. Pemerintah Kota berkomitmen untuk melakukan pengerukan dan pengangkatan sedimentasi di sungai-sungai yang melintasi kota, serta pembangunan tanggul untuk mengendalikan aliran air. Langkah ini diambil setelah luas genangan banjir berhasil dikurangi 34,85% pada tahun ini, namun pemkot masih harus menghadapi tantangan di beberapa titik, seperti di daerah Griya Mukti dan Ahmad Yani.
“Pengerukan dan pengangkatan sedimentasi akan terus dilakukan. Kami bertekad untuk meminimalisir dampak banjir, dan pembangunan tanggul adalah solusi jangka panjang,” ungkap Andi Harun.
Meskipun proyek ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, Andi Harun menegaskan bahwa upaya ini akan terus berlangsung dengan alokasi anggaran yang terencana setiap tahunnya. Pihaknya juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi agar dampak dari proyek ini dapat dirasakan secara maksimal oleh warga Samarinda.
“Pekerjaan ini membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit, namun kami yakin dengan kerja keras dan dukungan masyarakat, kami bisa menciptakan Samarinda yang lebih nyaman dan bebas banjir,” pungkasnya. (Jor/El/Sekala)